Kandean Dulang Sebagai Identitas

Kandean dulang merupakan alat makan tradisional Toraja. Kandean berarti piring, sedangkan dulang yang berasal dari kata dolong memiliki arti tempat lauk pauk dan sayur.

Dalam sejarahnya, kandean dulang dibuat oleh setiap keluarga sesuai jumlah anggotanya, tidak dibuat dalam jumlah banyak dan tidak diperdagangkan. Ini berkaitan dengan kepemilikan kandean dulang yang bersifat eksklusif.

Satu kandean tidak dapat dipakai orang lain meskipun dalam satu keluarga inti. Hal ini dicirikan oleh ketinggian kandean dulang yang berbeda-beda sesuai dengan posisi anggota keluarga. Piring yang memiliki kaki tinggi disebut kandean langka’, piring yang berkaki rendah disebut kandean resso’, sedangkan piring dengan tinggi terendah dinamakan dikanukui. Selain memiliki ketinggian berbeda, kandean juga memiliki bentuk yang bertangkai, disebut kandean ditoeanni. Perbedaan bentuk tersebut melambangkan strata sosial dalam budaya Toraja.

Dalam kepercayaan Aluk Todolo (ajaran hidup tradisional Toraja), orang yang meninggal dunia hanyalah berpindah alam, dari alam dunia ke alam arwah. Artinya, kematian bukanlah perubahan yang esensial dalam perjalanan hidup manusia. Pemahaman tersebut berpengaruh pada kandean dulang yang diikutkan ke dalam kubur, karena arwah tersebut dianggap masih tetap menggunakannya.

Kandean Dulang Toraja set
Kandean Dulang Toraja set

Status sosial yang melekat pada orang yang masih hidup tetap melekat ketika mati, termasuk kandean dulang yang merepresentasikan status tersebut. Hal itu menggambarkan pentingnya kandean dulang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang sakral.

Bentuk kandean dulang yang geometris dan dipadu dengan tangkai (pegangan) merupakan wujud ekspresi seni Orang Toraja, yang dapat juga kita temukan dalam sebuah syair lagu “Dolong-Dolong”.

Dolong-dolong pa’saran kayu,
dipanglo’doi utan battae’.
Utan battae’ mammi dikande,
Dipasitollo lada katokkon”

Lagu dolong-dolong merupakan ekspresi keceriaan Orang Toraja saat memasak. Lagu ini biasa dinyanyikan oleh seorang ibu atau anak-anak sambil memegang dolong (wadah sayur, lauk pauk dan sambal) ketika berada di dapur. Dolong merupakan bagian dari kandean dulang yang melengkapi alat makan tradisional khas Toraja.

Artinya, kelengkapan kandean dulang ini terdiri dari piring, wadah sayur dan lauk pauk, wadah sambal, serta alat untuk menumbuk sambal.

Penggunaan kandean dulang di jamannya dianggap memiliki efisiensi yang tinggi, karena kandean dulang yang berbahan kayu tidak mudah pecah atau retak. Meskipun Orang Toraja pada umumnya sudah menggunakan piring plastik atau kaca untuk kebutuhan sehari-hari, kandean dulang masih dapat ditemukan di beberapa rumah terutama di desa-desa yang pola kehidupannya masih tradisional. Hanya sebagian saja yang masih difungsikan sebagai alat-alat dapur atau makan, sebagian lainnya disimpan sebagai warisan dari orang tua atau nenek-kakeknya. Ini menggambarkan bahwa kandean dulang memiliki ikatan dengan penggunanya, bukan semata fungsinya sebagai alat makan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *